Peningkatan Kualitas Guru Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif dan Terapis di Kota Surakarta

Abstrak

Pemerintah Indonesia mencanangkan pendidikan inklusif sejak tahun 2012, dan menargetkan pada tahun 2021 seluruh sekolah di Indonesia telah menerapkan pendidikan inklusif. Namun, menurut  Kemdikbud (2019), jumlah sekolah inklusif baru sekitar 11%. Hambatannya adalah keterbatasan guru yang berkompeten, mampu dalam adaptasi kurikulum, serta belum tersedia media pembelajaran yang memadai. NGO CERC dari Jepang mulai 2021 melakukan diklat tentang pendidikan inklusif, khususnya terkait autisma. Penulis terlibat dalam diklat selaku penerjemah materi, sekaligus interpreter dalam seminar (online dan hybrid). Materi diklat meliputi pengenalan karakteristik autisma, cara mengatasi permasalahan yang dihadapi anak, penyesuaian metode pengajaran dan lingkungan belajar, serta media pembelajaran. Diklat ini sangat membantu peserta diklat dari sekolah inklusi yang kebanyakan belum memiliki pengetahuan mengenai kekhususan autisma. Penerapan metode pengajaran membawa hasil yang positif bagi seluruh stakeholder, baik bagi tenaga pendidik, peserta didik, orang tua peserta didik, serta peserta didik non-ABK. Pihak sekolah juga semakin memiliki gambaran nyata tentang penerapan pendidikan inklusif.